Monday, November 28, 2011

SHARING BERSAMA KONSELOR 'KAK GANDA SIMATUPANG'







Sharing serta diskusi pada mata kuliah Bimbingan Konseling pada tanggal 15 November 2011 dengan pembicara Ganda Merry Simatupang yang dipanggil Kak Ganda.
Beliau adalah alumni angkatan pertama dari S1 Fakultas Psikologi USU dan telah melanjutkan studinya sebagai seorang Psikolog dan memfokuskan dirinya pada Psikologi untuk Klinis Dewasa Universitas Sumatera Utara. Kak Ganda bekerja sekolah di sebuah perusahaan penyedia konselor yang berletak di gedung Binus dan aktif sebagai konselor sekolah di sekolah Sutomo Medan.
Hasil diskusi:
  1. Apa itu Konseling Sekolah? Apa perbedaannya dengan BP?
Konseling adalah proses mengarahkan, membimbing, dan mengembangkan jiwa-jiwa yang membutuhkan. Hal yang paling penting ialah konselor harus menghargai jiwa-jiwa yang datang, bukan sekedar hanya untuk menuntaskan tugas-tugasnya.
Sekarang ini, kebanyakan guru BP tidak melakukan peran sebagai konselor di sekolah-sekolah. Pihak sekolah tidak menempatkan orang-orang yang berkompeten untuk mengisi posisi ini. Sekolah melihat tidak ada keuntungan dengan menempatkan orang yang profesional sehingga menempatkan guru-guru yang tidak memiliki pekerjaan pada posisi ini. Selain daripada itu, para guru BP adalah guru yang dianggap sudah tidak mampu untuk berperan aktif di dekolah atau bahkan guru yang memiliki lulusan yang yang tidak dapat diaplikasikan di sekolah. Misalnya saja ibu X dengan lulusan bahasa jerman (S1) sementara tidak ada mata pelajaran bahasa jerman di sekolah. Maka ibu X tersebut diminta untuk menjadi guru BP di sekolah.
  1. Siapa yang paling cocok untuk menjadi konselor sekolah?
Siapa saja berhaqk menjadi seorang konselor, tidak hanya seorang psikolog atau minimla lulusan sarjana psikologi.  Pendeta, Ustad dapat melakukan proses konseling dan mampu menjadi seorang konselor. Mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan untuk menjadi seorang konselor juga dapat melakukannya. Sebagai konselor, lulusan Jurusan Psikologi dan lulusan akademik Bimbingan Sekolah tidak terdapat perbedaan yang signifikan, karena lulusan akademik juga sudah mulai mempelajari konseling tidak hanya berdasarkan teori akademik tetapi juga dengan perasaan dan melihat dari sisi kepribadian. Namun demikian, akan jauh lebih baik jika seorang konselor khususnya didunia pendidikan haruslah seorang yang minimal adalah sarjana psikologi.
  1. Peluang kerja konselor
Sekolah-sekolah di Medan sekarang ini belum menempatkan konselor-konselor profesional di sistem ajarannya. Berdasarkan informasi yang didapat melalui Kak Ganda hanya tiga sekolah yang telah menempatkan konselor profesional di sekolah. Kebanyakan sekolah berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri, mungkin dengan cara menghukum yaitu dengan menghormat bendera, atau dengan alasan lain bahwa meminta konselor untuk datang ke sekolah hanya akan membuang-buang uang saja.
Menurut Beliau, idealnya 1 konselor melayani 50 siswa walaupun untuk sekarang ini masih terlihat mustahil. Di Sutomo, terdapat 3 konselor untuk 3000 siswa dan terlihat bahwa para konselor tidak akan mampu menjangkau para siswa dengan jumlah yang sangat banyak.
Satu hal yang sangat menarik adalah bahwa pihak-pihak sekolah lebih tertarik kepada pelamar untuk menjadi seorang konselor dari jurusan psikologi dibandingkan dengan pelamar lulusan lainnya. Hal ini membuat peluang kerja bagi konselor khususnya mahasiswa psikologi cukup besar. Terlepas dari apakah kita memfokuskan diri pada Psikologi Pendidikan saja atau dari departemen lainnya.
  1. Kelemahan konselor sekolah saat ini:
    1. sekolah-sekolah kurang menghargai konselor sekolah, karena pihak sekolah tidak mengetahui fungsi dari konselor sekolah
    2. pihak sekolah merasa rugi untuk membiayai konselor
    3. pihak sekolah mempunyai cara penyelesaian masalah sendiri, seperti memberi hukuman menghormat bendera, SPO, dll.

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates