BAB 3
PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
Program bimbingan (guidance program), yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Kegiatan bimbingan mencakup tiga jenis bimbingan, yaitu bentuk bimbingan, sifat bimbingan, dan ragam bimbingan, yaitu masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang tertampung dalam suatu program bimbingan.
A. Model-Model Bimbingan dan Pola-Pola Dasar Pelaksanaan Bimbingan
1. Model-Model Bimbingan
Dalam bukunya Fundamental of Guidance (1981), Shertzer dan Stone menggunakan istilah model, yaitu suatu konseptualisasi yang luas dan bersifat teoritis, namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Dibawah ini diuraikan hal-hal yang inti saja, yang paling relevan untuk masing-masing model.
a) Frank Parsons, yang mendirikan Vocational Guidance di boston, ia menciptakan istilah vocational guidance yang dipandang sebagai salah satu ragam bimbingan. Tiga faktor utama dianggap sangat menentukan dalam memilih suatu bidang pekerjaan yaitu analisis terhadap diri sendiri (kemampuan dan bakat, minat serta temperamen), analisis terhadap bidang pekerjaan (kesempatan, tuntutan, dan prosfek masa depan), serta perbandingan antara hasil kedua analisis tadi untuk menemukan kecocokan antara data tentang diri sendiri dan data tentang bidang-bidang pekerjaan
b) John M. Brewer, berpendapat bahwa tugas pendidikan sekolah adalah memepersiapkan siswa untuk mengatur berbagai bidang kehidupan sedemikian rupa, sehingga bermakna dan memberikan kepuasan seperti bidang kesehatan, bidang kehidupan keluarga, bidang pekerjaan, bidang rekreasi, bidang perluasan pengetahuan, dan bidang kehidupan bermasyarakat.
c) William M. Proctor, mengembangkan model bimbingan yang mengenal 2 fungsi pokok yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian.
d) Donal G. Paterson, ia mengembangkan suatu metode dalam konseling yang dikenal dengan nama metode klinis.
e) Arthur J. Jones, mengembangkan model bimbingan yang menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat berbagai pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri.
f) Ruth Strang, bersama dengan beberapa pengarang lain mengembangkan pandangan yang dewasa ini dikenal sebagai Eklektisisme. Pandangan ini lebih menyangkut pelayanan bimbingan melalui wawancara konseling. Eklektis berarti memilih yaitu memilih diantara teori, metode dan teknik yang telah dikembangkan, yang paling sesuai dengan kebutuhan konseling tertentu serta paling cocok untuk diterapkan dalam mengatasi masalah tertentu.
g) Kenneth B. Hoyt, mendeskripsikan model bimbingan yang mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa dijenjang pendidikan dasar dan menengah.
h) Wilson Little dan A.L. Chapman, mengembangkan model bimbingan yang dikenal dengan nama Developmental guidance. Model ini menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam seluruh aspek pada perkembangan mereka. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan persevaratif, serta melayani siswa melalui bimbingan belajar, bimbingan jabatan, dan bimbingan pribadi.
i) Chris D. Kehas,mengembangkan model bimbingan yang dikenal sebagai Guidance as personal development. Model ini tidak menekankan bentuk, jenis, atau ragam bimbingan tertentu dan pula tidak mengutarakan komponen bimbingan tertentu, melainan mengeksplisitkan fungsi dasar bimbingan disekolah.
j) Raplh Moser dan Norman A. Sprinthall, mereka ikut mengmbangkan lebih lanjut pandangan kehas tentang bimbingan sebagai personal development. Ditekankan supaya sekolah diberikan pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut pengembangan nilai-nilai hidup dan sikap-sikap.
k) Julius Menacker, mengembangkan model bimbingan yang mengusahakan penanggulangan segala gejala pemberontakan yang tampak dalam tingkah laku para siswa disekolah-sekolah yang terletak dalam daerah/bagian kumuh dikota besar.
2. Pola-Pola Dasar Pelaksanaan bimbingan
Yang dimaksud dengan pola dasar pelaksanaan bimbingan ialah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan disekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan bimbingan apa yang akan diadakan dan rangkaian kegiatan itu dilaksanakan oleh siapa serta diberikan kepada siapa. Pola dasar ini bersifat praktis, karena langsung berkaitan dengan penyusunan program bimbingan.
a. Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan bahwa seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa.
b. Pola spesialis berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir dan konseling.
c. Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pelajaran khusus, dalam rangka suatu kursus bimbingan.
d. Pola relasi-realsi manusia dan kesehatan mental berasaskan keyakinan, bahwa orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain.
Pola – pola dasar itu masih dapat dikombinasikan dengan beberapa pendekatan atau strategi dalam pelayanan bimbingan. Robert H. Mathewson (1962) membedakan 7 pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing merupakan suatu kontinum yang bipolar. Tujuh kontinum adalah sebagai berikut :
a) Edukatif versus direktif
b) Kumulatif versus pelayanan pada saat-saat kritis
c) Evaluasi diri versus evaluasi oleh orang lain
d) Kebutuhan individu versus kebutuhan lingkungan
e) Penilaian subyektif versus penilaian obyektif
f) Komprehensif versus berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja
g) Koordinatif antara tenaga yang sederajat versus spesialistik dengan bantuan dari beberapa orang lain.
B. Jenis-Jenis Bimbingan
Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis bimbingan atau macam bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandangan tertentu. Jadi istilah jenis bimbingan dan macam bimbingan menunjuk pada cara tertentu untuk mengedakan penggolongan berdasarkan sudut pandangan tertentu.
1. Bentuk-Bentuk Bimbingan
Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan. Bilamana siswa yang dilayani hanya satu orang, maka digunakan istilah bimbingan individual dan bimbingan perseorangan. Bilaman siswa yang dilayani lebih dari satu orang maka digunakan istilah bimbingan kelompok, entah itu kelompok kecil, agak besar, atau sangat besar.
2. Sifat-Sifat Bimbingan
Istilah sifat bimbingan menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan, apakh itu mendampingi siswa dan mahasiswa dalam perkembangannya yang sedang berjalan, supaya berlangsung seoptimal mungkin, apakah itu membantu siswa dan mahasiswa dalam mengoreksi atau membetulkan proses perkembangan yang telah mengalami salah jalur supaya kemudian berlangsung dengan lebih baik, apakah itu membekali siswa dan mahasiswa.
Maka yang harus ditinjau ialah apa yang menjadi tujuan utama dalam kegiatan bimbingan yang direncakanan dan diselnggarakan oleh tenaga bimbingan. Bilamana tujuan utama adalah mendampingi siswa dan mahasiswa supaya perkembangannya berlangsung seoptimal mugkin digunakan istilah bimbingan persevaratif dan bimbingan developmental. Bilamana tujuan utama adalah membekali siswa dan mahasiswa agar lebih siap menghadapi tantangan dimasa datang dan dicegah timbul masalah yang serius kelak kemudian digunaka istilah bimbingan preventif atau bimbingan pencegahan. Bilamana tujuan utama adalah membantu siswa dan mahasiswa dalam mengoreksi perkembangan yang mengalami salah jalur digunakan istilah bimbingan korektif atau bimbingan penyembuhan. Bila ditekankan unsur kelanjutan dari bimbingan koreksi digunakan istilah bimbingan pemeliharaan.
3. Ragam-ragam Bimbingan
Istilah ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan, dengan kata lain, tentang apa yang diberikan. Bilamana isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut studi akademik digunakan istilah bimbingan belajar atau bimbingan studi atau bimbingan akademik atau bimbingan pendidikan. Bilamana isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut perencanaan jabatan digunakan istilah bimbingan jabtan atau bimbingan karier. Bilamana isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan batinya sendiri dan kejasmaniannya sendiri atau mengenai hal-hal yang menyangkut hubungan dengan orang lain digunakan istilah bimbingan pribadi sosial. Dengan demikian terdapat tiga ragam bimbingan yang masing-masing akan diuraikan dibawah ini :
a. Bimbingan Karir
Bimbingan karir ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap mengaku jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang te;ah dimasuki.
b. Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesuakaan yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
c. Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.
C. Perencanaan Program Bimbingan
1. Komponen-Komponen dalam Program Bimbingan
Terdapat beberapa komponen dalam program bimbingan yang mengandung pelayanan bimbingan langsung kepada siswa yang terdaftar sebagai murid disekolah dan kepada merka yang berminat menjadi murid disekolah atau telah tamat dari sekolah
a. Pengumpulan data. Komponen ini mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan data serta menyimpan data itu.
b. Pemberian informasi. Komponen ini mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.
c. Penempatan. Komponen ini mencakup segala usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih disekolah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.
d. Konseling. Komponen ini mencakup usaha membantu siswa membantu merefleksi diri melalui wawancara konseling secara individual atau secara kelompok , lebih-lebih bila siswa menghadapi masalah yang belum dapat terselesaikan secara tuntas.
e. Konsultasi. Komponen ini mencakup semua usaha memberikan asistensi kepada staf pendidik disekolah bersangkutan dan kepada orang tua siswa demi perkembangan siswa yang lebih baik.
f. Evaluasi program. Komponen ini mencakup usaha menilai fisiensi dan efektivitas dari pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan.
2. Perencanaan Kegiatan-Kegiatan Bimbingan
a. Persiapan program bimbingan. Inti dari semua kegiaan pemimbing adalah pelayanan yang diberikan kepada para siswa dan kepada rekan tenaga pendidik serta kepada orang tua siswa dan evaluasi program.
1. Studi kelayakan
2. Penyusunan program bimbingan
3. Penyediaan sarana fisik dan teknis
4. Penentuan sarana personil/pembagian tugas
5. Kegiatan-kegiatan penunjang
b. Pengumpulan data. Tidak semua subbutir harus dilaksanakan tergantung dari kebutuhan.
1. Angket siswa dan pengolahannya
2. Angket orang tua dan pengolahannya
3. Testing dan pengolahannya
4. Tes sosiometri dan pengolahannya
5. Skala penilaian dan pengolahannya
6. Metode pengumpulan data lain, yang dianggap perlu diterapkan dengan menggunakan alat tertentu.
c. Pemberian informasi. Tidak semua subbutir harus dilaksanakan tergantung dari kebutuhan.
1. Orientasi
2. Cara belajar
3. Pergaulan
4. Artikulasi
5. Bahan informasi yang lain, yang ternyata dibutuhkan oleh para siswa.
d. Penempatan. Sampai berapa jauh subbutir dilaksanakan tergantung dari kebutuhan dijenjang dan jenis pendidikan tertentu.
1. Pilihan kegiatan ekstrakurikuler
2. Pilihan program studi
3. Pilihan sekolah lanjutan
4. Tindak lanjut
5. Kegiatan-kegiatan lain yang dianggap perlu dalam rangka layanan bimbingan penempatan.
e. Konseling. Wawancara konseling dapat berlangsung antara konselor sekolah dengan satu orang siswa atau dengan beberapa siswa.
1. Individual
2. Kelompok
f. Konsultasi. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga-tenaga pendidik yang lain dan kepada orang tua siswa.
1. Dengan petugas administrasi sekolah
2. Dengan seorang anggota staf pengajar
3. Dengan orang tua siswa
4. Penentuan orangtua
g. Evaluasi program bimbingan
1. Penelitian
2. Rencana perbaikan
h. Pertemuan staf bimbingan. Beraneka kegiatan yang diikuti oleh seluruh anggota staf bimbingan
1. Pertemuan berkala
2. Konferensi kasus
3. Penataran
i. Hubungan dengan instansi pendidikan masyarakat
1. Dengan instansi pendidikan
2. Dengan masyarakat luas
3. Kontak dengan jajaran pejabat sipil
D. Program Bimbingan di Berbagai Tahap Pendidikan Sekolah
Dalam hal ini akan digariskan rambu-rambu bagi program bimbingan di jenjang pendidikan tertentu dengan meninjau enam aspek yang berkaitan dengan suatu program bimbingan, yaitu :
a. Tujuan jenjang pendidikan tertentu, sejauh terumuskan didalam terbitan sumber resmi bagi jenjang pendidikan itu.
b. Kebutuhan-kebutuhan para peserta didik pada tahap perkembangan tertentu dan semua tugas perkembangan yang dihadapi oleh orang muda.
c. Pola dasar yang sebaiknya dipegang yaitu pada pola spesialis, pola generalis, atau pola kurikuler.
d. Komponen bimbingan yang sebaiknya diproritaskan, apakah pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, konseling dan konsultasi.
e. Bentuk bimbingan yang sebaiknya di utamakan yaitu bimbingan kelompok atau bimbingan individual, sifat bimbingan yang harus ditonjolkan yaitu sifat persevaratif preventif atau korektif, ragam bimbingan yang harus diberi tekanan, yaitu bimbingan akademik, karier atau bimbingan pribadi sosial.
f. Unsur personil bimbingan yang akan dikerahkan, yaitu konselor sekolah, guru konselor atau guru biasa.
1. Taman Kanak-Kanak
Pendidikan ditaman kanak-kanak dikenal dengan nama pendidikan prasekolah dan sebenarnya belum merupakan instansi pendidikan formal. Enam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan ialah :
a. Tujuan institusional sebagaimana diungkapkan dalam kurikulum taman kanak-kanak, 1976 dan 1986
b. Kebutuhan pada anak balita yang pada dasarnya berkisar pada kebutuhan asmani primer dan kebutuhan psikologis
c. Pola dasar bimbingan yang dipegang jelas-jelas pola generalis
d. Komponen bimbingan yang diprioritaskan ialah konsultasi
e. Bentuk bimbingan yang terutama digunakan ialah bimbingan kelompok
f. Tenaga yang memegang peranan kunci ialah guru kelas yang sehari-hari bertemu dengan kelompok anak tertentu.
2. Sekolah Dasar
Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang berlangsung selama 6 tahun disekolah dasar (SD) dan selama 3 tahun disekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat. Keenam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan disekolah dasar ialah :
a. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana teruraikan dalam UUSPN nomor 2 tahun 1989 pasal 4 dalam PP Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar berkenanaan dengan tujuan institusional
b. Kebutuhan pada anak sekolah
c. Pola dasar bimbingan yang dipegang ialah pola generalis
d. Komponen bimbingan yang diprioritaskan ialah pengumpulan data, pemberian informasi dan konsultasi
e. Bentuk bimbingan yang kerap digunakan ialah bimbingan kelompok
f. Tenaga yang memegang peranan kunci ialah guru kelas, yang mengumpulkan data tentang siswa dan menyisipkan banyak materi informasi dalam pengajaran.
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Perpindahan dari sekolah dasar kesatuan pendidikan lanjutan ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan anak, baik karena tambahan tuntutan belajar bagi siswa lebih berat, maupun karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri selama tahun-tahun ini. Keenam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan disekolah menengah tingkat pertama ialah :
a. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana teruraikan dalam UUSPN Nomor 2 tahun 1989 pasal 4 dalam PP Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar
b. Kebutuhan siswa selama rentang umur lebih kurang 12-15 tahun
c. Pola dasar yang sebaiknya dipegang sangat tergantung dari lokasi lembaga sekolah.
d. Seluruh komponen bimbingan yang termasuk layanan-layanan bimbingan semuanya harus mendapat perhatian yang seimbang.
e. Bentuk bimbingan yang terutama digunakan ialah bimbingan kelompok; bimbingan individual merupakan kelanjutan dari bimbingan kelompok dan direalisasi melalui wawancara konseling.
f. Tenaga pendidik mana yang memegang peranan kunci tergantung dari pola dasar yang dipegang.
4. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Memasuki sekolah pada jenjang pendidikan ini tidak membawa perubahan drastis dalam rutinitas persekolahan bagi siswa karena dia sudah biasa dengan pergantian bidang studi dan tenaga pengajar dalam jadwal pelajaran. Slain itu rentang umur antara lebih kurang 16-19 tahun. Keenam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan disekolah menengah umum (SMU) ialah :
a. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana teruraikan dalam UUSPN Nomor 2 tahun 1989 pasal 4 dalam PP Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah berkenaan dengan tujuan institusional
b. Kebutuhan siswa selama rentang umur lebih kurang 16-19 tahun
c. Pola dasar yang sebaiknya dipegang sangat tergantung dari lokasi lembaga sekolah
d. Seluruh komponen bimbingan yang termasuk layanan-layanan bimbingan semuanya harus mendapat perhatian yang seimbang.
e. Baik bentuk bimbingan kelompok maupun bentuk bimbingan individual diterapkan secara seimbang.
f. Tenaga pendidik mana yang memegang peranan kunci tergantung dari pola dasar yang dipegang.
5. Perguruan Tinggi
Keenam aspek yang berkaitan dengan program bimbingan di perguruan tinggi adalah :
a. Dengan bersumber pada UUSPN pasal 16 yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, PP Nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi
b. Masa mahasiswa meliputu rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun.
c. Pola dasar bimbingan yang sebaiknya diikuti adalah pola generalis untuk sejumlah kegiatan bimbingan tertentu
d. Komponen bimbingan yang diutamakan ialah layanan konseling sepanjang masa studi.
e. Bentuk bimbingan yang diutamakan tergantung dari layanan bimbingan yang diberikan
f. Tenag-tenaga bimbingan seperti apa yang dilibatkan dalam pelayanan bimbingan tergantung dari luasnya pelayanan bimbingan yang terdapat di perguruan tinggi tertentu.
1 comments:
wessss trimakasih banyak, sangat membantu nih tulisannya,,,,,...........
Post a Comment