Thursday, January 12, 2012

BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

UAS 2011/2012

 

12 comments:

psipddk3sks said...

1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan guidance cource. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan hasil penilaian tugas observasi kelompok anda?

Dina Dara Ginting (08-007) said...

maaf bu, baru baca comment ibu di blog saya..

apakah maksud ibu guidance course..?
mohon informasinya buu,,
terimakasih buu,,

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Guidance course adalah kata yang berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua suku kata yaitu guidance dan course. Guidance berarti bimbingan dan course berarti kursus/pelajaran/mata pelajaran. Guidance course merupakan salah satu bentuk mata pelajaran atau bidang studi berupa bimbingan yang diberikan kepada siswa di sekolah secara berkelompok. Kegagalan yang terjadi pada saat berlangsungnya program kegiatan bimbingan kelompok diakibatkan karena sumber tenaga pengelolanya adalah guru-guru bidang studi yang memeperlakukan pelajaran bimbingan (guidance course) di berbagai bidang kehidupan sebagai suatu bidang studi akademik baru, dan menerapkan berbagai prosedur pengajaran yang mereka kenal.

Dewasa ini, sudah ada beberapa sekolah yang sudah menjadikan bimbingan menjadi salah satu bidang studi yang mengisi dan melengkapi proses program bimbingan yang efektif di sekolah. Para guru baik yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling maupun yang bukan berlatar belakang bimbingan dan konseling turut berpartisipasi dalam prsoses berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar bimbingan di kelas. Mereka tidak menyadari bahwa tujuan pelayanan bimbingan berbeda dengan tujuan pengajaran dan seluruh prosedur mendampingi siswa dalam studi akademik tidak dapat diterapkan begitu saja pada pengelolaan program bimbingan di kelas. Disamping itu, para guru juga belum mengenal ilmu terapan baru yang berkembang serta menerapkannya dalam pelayanan bimbingan secara kelompok. Oleh sebab itulah, sekolah kurang tertarik untuk melaksanakan program bimbingan kelompok secara klasikal. -->(sambungan di comment selanjutnya)

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Sebagai contoh: sekolah saya ketika saya SMA dulu, sekolah ini telah menjadikan program bimbingan dan konseling menjadi salah satu mata pelajaran atau bidang studi yang wajib diikuti oleh seluruh siswa baik dari kelas X – XII. Mata pelajaran ini diisi dengan materi yang dibwakan oleh guru bimbingan konseling yang memang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling dari IKIP MEDAN. Guru bimbingan dan konseling dari SMA ini berjumlah 5 orang untuk mewakili 27 kelas dengan jumlah siswa berkisar antara 700-730 siswa. Materi yang disampaikan berupa tips-tips sehubungan dengan berbagai masalah yang biasa dihadapi siswa pada tahap-tahapnya, seperti: cara belajar yang efektif, bagaimana menentukan jurusan yang hendak dipilih setelah tamat SMA, dll. Adapaun total waktu pembelajaran bimbingan di sekolah adalah satu jam pelajaran yaitu 45menit.



Ya,, tentu saja ada buu. Penilaian tugas observasi kelompok yang diberikan sangat sesuai dengan usaha yang kami lakukan terhadap proses pemberian sampai pada pelaksanaan tugas. Kelompok mengerjakannya hanya dengan satu kali wawancara saja, sehingga data yang didapat tidak cukup kaya akan informasi. Hal tersebut membuat kelompok memiliki keterbatasan dalam pembahasan teori dengan hasil lapangan yang didapat. Sehubungan dengan daftar pustakan serta saran yang terlupakan untuk dilampirkan dalam bab V juga menjadi nilai minus untuk kelompok. Dengan demikian tentu saja kami tidak akan mendapatkan nilai yang lebih tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Isi dari Bab IV yang hanya mengandung sedikit pembahasan yang berkaitan dengan teori jga mmbuat penilaian yang didapat kurang maksimal. Selain daripada itu masih terdapat beberapa kekurangan lain seperti daftar isi yang terkesan seadanya, kata pengantar yang kurang sesuai dengan kaidah tata tulis karya ilmiah dan yang lainnya. Namun demikian saya pribadi menyadari hal itu karena ini semua adalah proses pembelajaran dimana hanya ada satu kesepatan untuk meraih kesuksesan. Sama seperti seorang sastrawan yang pernah berkata “kita tidak akan pernah tau apakah ada bungan yang lebih indah lagi di depan sana, maka dari itu ambillah bunga yang kamu rasa paling indah dan yang membuatmu merasa menjadi lebih baik ketika meliat dan menciumnya”. Terkait dengan keadaan ini bahwa kita tidak tahu apakah ada kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik dari saat ini. Untuk itu anggaplah bahwa waktu yang diberikan adalah satu-satunya waktu yang tidak mungkin ada gantinya sehingga kita dapat mempergunakannya dengan semaksimal mungkin.

Sekian jawaban dari saya buu,, terimakasih atas waktu dan kesempatannya. Maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian ya buu.. ^_^

psipddk3sks said...

2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Teori konseling yang digunakan yang digunakan pada saat diskusi antara dosen dengan kelompok saya pada 10 januari 2012 yang lalu adalah teori konseling Client-Centered Counseling. alasannya saya menyebutkan bahwa teori konseling yang ibu gunakan adalah teori client-centered dikarenakan teori ini menitikberatkan pada kemampuan konseli untuk dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri. konseli diminta untuk sangat aktif dalam mencari solusi dan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi dalam hal ini adalah nilai yang didapat baik dari pengerjaan tugas observasi. Pembuatan blog dan postingannya, serta hasil UTS.
Teori yang dipelopori oleh Carl Rogers ini menganggap bahwa:
- setiap manusia berhak mempunyai setumpuk pandangan sendiri dan menentukan haluan hidupnya sendiri, serta bebas untuk mengejar kepentingannya sendiri selama tidak melanggar hak-hak orang lain,
- manusia pada dasarnya berakhlak baik, dapat diandalkan, dapat diberi kepercayaan, dan naluri manusia cenderung berkeinginan baik.
- manusia cenderung berkemampuan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin
- seseorang akan menghadapi persoalan jika ia memiliki konflik dan cenderung akan mengatasinya sendiri.
-->(sambungan di comment selanjutnya ya buu)

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Proses konseling yang berlangsung di kelas anatara dosen dan kelompok saya mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan untuk melihat pengalaman dan proses pelaksanaan tugas serta dosen membiarkan kelompok untuk memunculkan sendiri hal-hal yang kelompok rasakan dan alami pada saat proses pengerjaan tugas. Selain daripada itu, pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan terbuka sehingga membuat kelompok bercerita lebih banyak dibanding jika dosen hanya memberikan pertanyaan tertutup dengan jawaban singkat seperti “ya dan tidak”.
Client-Centered Counseling dalam pendekatannya yaitu perlunya komunikasi antar pribadi yang didiukung oleh sikap dasar konselor dalam menunjukkan penerimaan, pemahaman, dan penghargaan terhadap konseli sebagai sesama manusia. Pada saat proses berlangsungnya diskusi, kelompok menjelaskan alasan mengapa nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dosen menerima alasan tersebut dan mencoba untuk memahami alasan yang kelompok berikan. Dosen tidak memberikan satu keputusan mengenai apa yang harus kelompok lakukan untuk mendapat nilai yang lebih baik, namun kelompok sendiri yang akhirnya sadar bahwa nilai yang diberikan adalah sesuai dengan hasil kerja kelompok. Disamping itu, secara pribadi saya merasa bahwa hasil penilaian yang diberikan memang sangat sesuai dengan usaha yang saya lakukan baik untuk hal Blog, UTS, maupun hasil tugas observasi.

Sekian jawaban dari saya buu,, terimakasih atas waktu dan kesempatannya. Maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian ya buu.. ^_^

psipddk3sks said...

3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Pada dasarnya ada banyak teori yang dapat kita gunakan untuk dapat membahas sejumlah kasus. Buku-buku literatur profesional pada umumnya menyajikan sepuluh teori atau pendekatan yang memiliki wajah dan struktur yang cukup jelas.
Setiap teori dan pendekatan memiliki peranan pada masing-masing aspek dalam kehidupan seseorang dan memberikan secukupnya pada aspek itu, ada 3 aspek pendekatan yang dapat kita lihat berkaitan dengan aspek tersebut, yaitu berubah dalam berperilaku dengan mengubah cara seseorang berperasaan tentang dirinya sendiri. Berkaitan dengan hal ini teori konseling yang saya pilih yaitu teori Client-Centered Counseling yang menurut saya efektif untuk dilakukan karena pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk dapat mencari dan menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi melalui cara pendang terhadap dirinya sendiri, bagaimana ia berperasaan tentang dirinya sendiri. Teori ini akan memberikan kebebasan kepada konseli untuk memberikan dan mencurahkan perasaan serta apa yang ia rasakan dan menjadi permasalahan serta membuatnya berpikir untuk satu penyelsaian dan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri yang nantinya akan terwujud dalam bentuk perubahan perilaku. Kelompok akan merasa bahwa apa yang mereka lakukan terhadap kelompok mereka belum cukup untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Teori yang dipelopori oleh Carl Rogers ini juga merupakan teori konseling yang cenderung memandang hubungan antar pribadi sebagai inti dalam proses konseling, sehingga dengan adanya kelekatan hubungan pribadi antara konselor dan konseli, maka konseli dapat bercerita lebih bebas dan nyaman kepada konselor. Tidak berarti bahwa dengan hubungan antar pribadi yang sangat dekat lantas membuat tingkat keobyektifan konseling menjadi menurun. Dengan keterbukaan yang ada, maka informasi yang didapat akan lebih kaya dan konselor akan lebih mampu menganalisa sehingga dapat mengarahkan konselor untuk memberikan pertanyaan yang mampu membuka pikiran konseli terhadap masalahnya. Selain dari teori Client-Centered Counseling ada beberapa teori yang menitikberatkan pada hubungan antar pribadi yaitu teori Psikoanalisis.
-->(sambungan di comment selanjutnya ya buu)

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Selain dari teori diatas, teori yang juga saya pilih yaitu Teori Rational-Emotive. Pendekatan ini yaitu pendekatan yang akan berubah dalam perasaan dan berperilaku pada dirinya sendiri dengan mengubah cara seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Rational-Emotive Theory adalah teori konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi anatar berpikir dengan akal sehat. Berperasaan, dan berperilaku, sekaligus menekankan perubahan yang mendalam pada cara berpikir yang nantinya akan mengubah perasaan dan perilaku. Teori ini digunakan setelah teori Client-Centered digunakan karena perasaan seseorang terhadap dirinya berubah maka akan mengarahkan seseorang untuk lebih mudah dalam berpikir mengenai apa yang harus ia lakukan dan apa yang terbaik untuk dirinya. Menurut teori ini, manusia memiliki kecenderungan untuk hidup secara rasional dan sekaligus secara tidak rasional. Teori yang bercorak kognitif ini akan mengubah cara pikir seseorang menjadi rasional. Kelompok akan lebih megetahui bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal tidak lah mungkin jika hanya memberikan usaha yang minimal. Dengan demikian, kelompok megetahui apa yang sebaiknya mereka lakukan sehingga perilaku yang muncul nantinya adalah perilaku yang diharapkan yang mampu menyelesaikan permasalahan kelompok.
-->(sambungan di comment selanjutnya ya buu)

Dina Dara Ginting (08-007) said...

Seperti yang saya singgung di atas tadi bahwa pada dasarnya ada banyak sekali teori yang dapat kita gunakan untuk membahas satu permasalahan. Perbedaan dalam berbagai pendekatan yang dipilih dalam proses konseling dikarenakan sudut pandang yang berbeda-beda terhadap hakikat kehidupan manusia dan terhadap tujuan yang dicapai dalam suatu proses konseling, apakah hanya bertujuan untuk mengubah perasaan saja, pikiran saja, atau sampai pada perubahan perilaku. Sebagai perumpamaan, seorang tuna netra akan mendapat gambaran mengenai seekor gajah yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang orang lain yang menjelaskannya. Apakah dari kaki, ekor, belalai, dan yang lain-lain. Fantasi yang terbentuk oleh tuna netra tersebut tidaklah salah, tergantung pada sudut seseorang bercerita kepada sang tuna netra. Demikian juga dengan pendekatan yang dilakukan terhadap proses konseling. Bergantung pada sudut pandang konselor untuk melihat sisi dari permasalahan konseli.

psipddk3sks said...

Nilai 75

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates